Try To Let Her Go

Night – Pontianak

Tak pernah menjadi cukup baik…, seorang lelaki yang brengsek, meski diriku menyangkal punya intensi untuk melakukan hal demikian…

Pertama kali dekat dengan cewek dia mengejarku, saya luluh karena tidak tega tapi tanpa perasaan sayang – mungkin hanya nafsu. Dia agresif, itu alasan semuanya menjadi mudah untukku…

Saya tidak pernah menyesali membuangnya, anak orang kaya bahkan tajir banget… Honestly I realised she is not the one and she wasn’t.

Kejadiannya bermula setelah tamat SMA, mantan ketua OSIS ini baru mengenalku, how come after 3 years in a same school and she didn’t know I was there… Setelah menyadari diriku satu sekolah dia mulai rajin menghubungiku, entahlah apa yang menarik dari diriku, saat itu dia telah memiliki pacar dan memutuskannya demi mengejar diriku (yang menurutnya mereka telah pacaran 3 tahun).

Dia kaya, dan tentu saja saya minder. Selalu mengajakku jalan, membayar biaya kencan, tapi sepertinya saya memanfaatkannya…, pada akhirnya hanya dalam 2-3 minggu setelah jadian saya memutuskannya, menghindarinya. Dia menangis, menghubungi teman-temanku curhat bagaimana menaklukkanku, saya tidak peduli…, bahkan takut dengan apa yang dia lakukan…

Dengan berjalannya waktu di masa kuliah saya mulai kenal seorang wanita, ibunya hanya seorang penjual pisang goreng. She is my first love, but I always hurt the one I loved… Bagian terbaik dari hidupku, bukan perpisahan yang kutangisi bersamanya tapi perkenalan ini yang kusesali karena hanya menyakitinya…

Perkenalan ini dimulai dari awal kuliah, dia manis, teman-temanku berusaha menaklukkan hatinya. Saya hanya sekedar mengenalnya dan tidak terlalu peduli… Suatu hari temanku yang ingin pedekate dengannya mengajakku ke rumahnya, ternyata rumahnya jauh dari kampus, lebih dari setengah jam naik motor.

Sabtu sore, aku diajak temanku ke rumahnya. Dengan celana pendek dan T-shirt ditemani sendal jepit, aku kerumahnya bersama temanku. Saya berbasa basi, temanku pedekate dengan semangatnya… Kisah ini selalu diingatnya dan diungkit kepadaku, temanku yang pedekate dan aku yang jadian, itulah pertama kali kami mulai dekat…

Dia tau saya sering bolos kuliah, kadang-kadang kita ketemu ketika dia tidak ada kelas dan aku sedang mangkir dari kelas. Dia tidak respek dengan kelakuanku…. Namun entah kenapa kami malah semakin dekat, dia mengatakan aku memperlakukan sangat berbeda, tidak seperti cowok-cowok lain yang memberinya perhatian, saya malah sering menngerjai dan menjadikannya olokan…

Suatu hari abangnya sakit dan tidak bisa menjemputnya pulang kuliah, dengan terpaksa dia menghubungiku, memintaku mengantarnya pulang. Saat itu kami memang telah dekat tapi tidak ada tanda bakal jadian, saya tak pernah berpikir dia akan tertarik dengan cowok sepertiku, apalagi cowok lain yang mengejarnya kelas bermobil. Saya mulai rajin menghubunginya dan responnya sangat baik, bahkan tidak menghindar seperti halnya ketika teman-temanku pedekate ke dia. Dari sering telepon saya baru menyadari sayalah satu-satunya cowok yang pernah memboncengnya, dia tidak pernah pacaran sebelumnya karena dilarang kakaknya. Dari situ juga belum ada tanda seperti layaknya orang pedekate, hanya saling meledek…, saya mulai merasa tertarik dengan kepribadiannya, wajah manis ternyata memiliki hati yang baik.

Suatu hari saya sedang bolos bersama teman-temanku dan lagi-lagi dia sedang tidak ada kelas. Dosennya tidak ada. Dia menelponku, mengajak jalan bersama teman-temannya karena kekurangan motor. Dia minta kuantar dan sekalian jalan bareng, tentu saja ku-iyakan. Setelah sampai di mall, saya berjalan sendirian ke Gramedia dan dia bersama temannya ke Timezone. Saya mulai melihat buku-buku disana, ternyata dia telah berada di dekatku… Dia keheranan melihatku mengomentari buku-buku disana, keliatan bengal tapi tau isi-isi buku berat (padahal beli buku beginian cuma untuk beratin mata ketika terkena penyakit susah tidur).

Satu ketika kuberanikan diri menembaknya, dia menolak. Saya tidak kecewa karena meski ditolak sikapnya berubah menjadi semakin baik kepadaku. Setelah beberapa minggu kemudian ku tembak lagi dan dia menerima. Sejak saat itu aku resmi menjadi tukang ojeknya mengantar dia pulang kuliah dengan total waktu PP sejam perjalanan. Tidak ada yang banyak berubah, hanya teman-temanku yang shock seorang cewek yang menjadi model dan populer di angkatan kami malah jadian denganku…, mereka yang menganggapnya sulit ditaklukkan malah jatuh ke pelukan laki-laki yang dianggap paling sembarangan dalam memperlakukan cewek.

Dua minggu jadian saya sukses membuatnya menangis, dia menganggapku tidak serius dan hanya mempermainkannya. Dia minta putus.., saya merasa bersalah dan meminta maaf tapi inilah titik awal dia mengubah sedikit bagian diriku yang tidak pedulian menjadi lebih perhatian. Saya mulai lebih memperhatikannya, berhati-hati menjaga perasaannya…

Setelah kejadian itu dia mengujiku. Sebuah pesan singkat masuk ke mobile phone-ku, saya melihat isinya dan curiga seorang cewek mendadak mengajakku kenalan dan mengetahui detail diriku. Bukan hal yang biasa bagiku menerima sms demikian, akhirnya kuminta temanku yang membalas pesan tersebut, hasilnya temanku menulis yang isinya kira-kira: Kalo ingin kenalan mohon fotocopy KTP dan CV dicantumkan serta jangan lupa disertai foto… Saya pura-pura tidak tahu pesan itu darinya hingga akhirnya dia mengakui sendiri, demi menjaga perasaannya saya tidak pernah mengakui saya tahu pesan itu darinya, biar kelihatan kalo saya cowok setia haha… Sampai saat ini saya menganggap cara demikian sangat childish untuk menguji seseorang, bagaimanapun buaya sepertiku tidak akan menolak jika diberi bangkai….

Dalam berpacaran sendiri kami dianggap tidak biasa baik oleh temanku maupun temannya, tidak terlihat mojok berduaan di kampus tapi selalu ngumpul bersama teman masing-masing, ini komitmen sejak awal saya tidak ingin kehilangan masa bersama teman hanya karena pacar dan ternyata dia juga demikian. Jadinya pacaran senin-jumat adalah sebagai tukang ojek gratis dengan biaya bensin yang membengkak akibat RX King-ku tidak kooperatif, motor yang pintarnya cuma mutar-mutar dengan mesin 2 tak-nya ini benar-benar boros dan tidak ramah lingkungan… Hari sabtu demi menekan biaya bensin terpaksa dech nongkrong dirumahnya doank daripada kalo keluar malah meningkatkan biaya bensin, hari minggu diwajibkan bersamanya keluar – biaya bensin lagi… Minggu malam keluar bersama teman, biaya bensin lagi. Estimasiku peningkatan biaya bensin-ku mencapai 3 kali normal sebelum jadian dengannya, tapi worth it karena biaya makan ditalangi di rumah calon mertua…

Dengan berjalannya waktu saya menyadari hubungan kami selama ini ditutupinya dari kakaknya meski diketahui Ibunya…, ayahnya sendiri telah pergi sejak dia masih balita.

Perlahan dia jujur kenapa dia menutupi hubunganku dan dia dari kakaknya. Kakaknya mengorbankan dirinya sendiri bekerja membanting tulang demi membiayai kuliah adiknya ini, sejak SMP hingga kuliah dibiayai kakaknya, dan permintaan kakaknya hanya kuliah dengan serius dan jangan pacaran dahulu. Saya baru mengerti kenapa sejak awal tidak ada temanku yang bisa menaklukkannya tapi juga tidak mengerti kenapa dia juga menerimaku, apalagi dia selalu bersikeras saya bukan tipe idamannya yang cuek dengan penampilan dan terkesan nakal . Ibunya sangat percaya denganku, selama ini dia yang di protektif tidak diijinkan keluar malah lebih mudah diajak keluar jika bersamaku…, bahkan jika dia ingin keluar bersama temannya justru saya yang minta ijin.

Perjalanan kisah cinta ini tidak semulus apa yang kelihatan, saya yang sembarangan menghadapi orang yang lurus, misalnya saja saya sering bolos dan dia tidak menyukai hal beginian. Kenyataannya sampai saat ini jika temanku mengungkit mantanku mereka selalu menganggap kami pasangan yang perfect dan sangat cocok, harus kuakui kami respek satu sama lain dan jarang berdebat. Meski dia lebih emosional dan saya terlalu santai, hasilnya saya selalu menjadi bantalan emosinya tapi saya tidak pernah menganggap hal beginian serius. Dia memiliki kedekatan kepadaku makanya sangat mudah melampiaskan emosinya kepadaku, jika hanya sekedar kenal mustahil donk dia berani marah-marah, justru bagian inilah yang menunjukkan dia merasa tidak ada jarak diantara kami. Kadang-kadang batas ini harus terlewati, saya protes dia sering ngomel dan mendiamkannya. Hanya sehari saja dia menangis melihatku demikian, saya menjadi tidak tega membiarkannya menangis…, hmm.. kadang kala iseng kutawarin permen seolah memperlakukan anak kecil.

Pada akhirnya satu titik saya mengucapkan putus kepadanya, saat itu saya tidak tahan dia memarahiku atas hal yang dilakukan orang lain dan tidak berhubungan denganku. Sebulan kami hanya berhubungan dengan jarak telepon dan sms basa-basi. Dia hampir jadian dengan cowok lain karena ingin mencari pelarian, sayangnya saya yang menyadari dia menjadi berubah langsung mengejarnya kembali. Sejak kuputuskan dia menjadi pendiam, saya sadar karena masih memperhatikannya dengan menelepon ibunya… Saat itu ada cowok lain yang mendekatinya, dia mengakui ingin menerima cowok tersebut supaya bisa melupakanku. Ini titik balik perubahan sikapku kepadanya.

Sebulan putus terjadi pada masa libur kuliah, untungnya bukan pada masa ujian karena jika terjadi pada masa ujian saya pasti khawatir nilainya drop. Itulah alasan saya mencari waktu masa libur, kesalahanku adalah saya tidak memikirkan dampak setelahnya antara saya dan dia dengan putusnya kami, bagaimanapun saya merasa sangat kehilangan dan juga berubah drastis menjadi pendiam. Saya mengejarnya kembali dengan keberanianku yang lumayan tidak biasa, saat itu mendekati imlek bulan february dan dimulainya semester baru. Pada hari harus meregistrasi mata kuliah saya mendekatinya, dia kaget dan bertanya kenapa dekati dia.. Saya minta maaf dan memintanya kembali kepadaku, saya tidak pernah senekat itu disekitar teman-temannya, padahal biasanya saya sok kalem doank. Dia terdiam dan mengomentari bahwa saya terlihat tidak seperti diriku yang seberani itu langsung duduk disampingnya, karena sebelumnya kami saling melirik dari jauh dan seperti saling hindar. Setelah selesai registrasi saya menghampirinya di kawasan halaman kampus, kutawari mengantarnya pulang, dia menolak karena ada cowok yang uda janjian akan mengantarnya pulang.

Saya melihatnya dan terdiam, terlintas pikiran ini pertama kali ada cowok lain selain diriku yang memboncengnya dengan motor (selain abangnya ). Dia tersenyum kepadaku seolah membaca pikiranku dan mengatakan cowok itu bawa mobil, ngga sekere diriku. Saya tertawa sinis kecut dan mengucapkan, “yah namanya juga mahasiswa yang masih bermodal dari orang tua, mana bisa dibandingkan dengan cowok yang uda mapan…”.

Lost_angel_by_protogeny

Dia protes karena sebenarnya saat itu saya telah bekerja dan berpenghasilan sendiri kemudian tersenyum dan mengatakan bersedia kembali kepadaku tapi dengan semangat minta saya tidak cemburu diantar cowok yang naksir dia tersebut karena uda terlanjur menerima tawaran tersebut… Saya hanya tertawa dengan pernyataannya karena sukses mengerjainku sebelum bersedia balik kepadaku, saya tidak cemburu karena memang sangat percaya dengannya, apalagi dia langsung jujur mengakui tanpa berusaha menutupi bakalan diantar cowok lain… Entahlah bagaimana perasaan cowok itu mengetahui hanya jadi bantalan, yang saya tahu cowok itu benar-benar patah hati oleh cewekku…

Malamnya saya menelepon, dia menangis karena telah melukai hati seorang cowok, memberi harapan tapi menolaknya, seperti biasa merasa bersalah atas sikapnya tersebut (dia sudah ditembak dulu tapi masih menggantungkan jawaban kepada cowok tersebut)… Saya tak pernah lagi mengucapkan kata putus dan berusaha memahaminya, itu menjadi pertama dan terakhir kalinya kata putus dariku… Dia juga menjadi lebih logis dalam menggunakan emosinya, dan justru kami semakin akrab dan lebih sering bersama…

Well, kami jadian 3 hari sebelum imlek sekitar awal February, saya ke rumahnya bersama teman-temanku, sesuai tradisi chinese. Inilah pertama kali saya berhadapan dengan kakaknya yang tidak merestui hubungan kami, tapi dia mungkin berpikir saya hanya teman dari adiknya. Kakaknya baru pulang dari Jakarta, saya melihat sangat berbeda dengan cewekku, yang ini terlihat dewasa dan mandiri, mungkin kerasnya hidup telah menempanya menjadi sosok yang kuat. Teman-temanku pergi, sisa saya dan cewekku berdua, malam itu saya mengajaknya keluar berdua diketahui kakaknya, saya tak pernah tau reaksi kakaknya, tidak pernah bertanya…

Setelah imlek, selanjutnya valentine… Berbeda denganya yang semangat dengan ultah, tahun baru, imlek, termasuk valentine, saya tidak peduli penanggalan demikian. Bahkan kami pernah berdebat ngga penting (tidak sampai bertengkar sih) hanya karena saya tidak peduli ulang tahunku sendiri dimana dia yang kelihatan bersemangat ingin merayakan ala romantis denganku dan saya hanya pengin menganggapnya hari biasa. Kali ini saya mengalah, lebih baik dia merasa hepi dan toh tidak berdampak merugikanku, dia mengajakku ke tempat restoran mahal berduaan diluar kota. Inilah kisah yang tak pernah kulupakan, pembayaran fifty-fifty, dia tidak ingin dibayarin dengan alasan mahasiswa kere jangan memaksakan diri… Total makan Rp.99.500,00 plus parkir Rp.500,00, grand total-nya seratus ribu rupiah pas dan saya tidak pernah lupa… Dia juga selalu mengungkitnya dihadapanku…

Selanjutnya gaya pacaran kami lebih terbuka, bahkan salah satu dosen yang menganggapnya anak kesayangan protes mengetahui bahwa pacarnya adalah saya. Seorang mahasiswa kesayangan pacaran dengan mahasiswa yang pernah dimarahi olehnya karena dianggap melecehkan dirinya gara-gara bolos barengan se-gank dari kelasnya. Untungnya saya dikenal bukan mahasiswa bego, meski sering bolos tapi nilaiku tidak jatuh di mata kuliahnya. Yeah dosen ini sangat mengenal saya bersama dua temanku yang sering bolos bareng, bahkan sangat populer dimatanya namun pada dasarnya dia sangat menyukai karakter kami bertiga yang suka nyeletuk di kelasnya dan meski bengal tapi jika ditanya selalu berani menjawab dan berargumentasi, pastinya kelakuan kami menyebar ke kelas lain dan diketahui cewekku juga (padahal sudah ditutupi). Setiap ketemu kami ngumpul, dosen ini akan selalu tertawa dan mengolok nantangin kami bolos lagi, sumpah dech ngga berani bolos barengan lagi sejak itu tapi masing-masing. Ketika ketemu diluar kelas saja dia masih menyindir kami bertiga yang memiliki pacar yang terkenal pintar di kelas (pacar temanku IPnya setiap semester hampir 4 melulu meski IPKnya cuma mendekati 4 doank), tidak seperti kami yang kelakuannya hancur di kelas duduk di bagian belakang… Saya tak pernah lupa dengan dosen ini…, hari terakhir dikelasnya sebelum ujian ternyata cewek dari temanku pernah dimarahi bahkan sekelas dibentak karena kami bertiga telat dan dikira bolos lagi, ketika kami masuk barengan satu kelas memandang kearah kami dan tuh dosen liatin kami dengan pandangan aneh dan tertawa, awalnya kami tidak menyadari apa yang terjadi hingga dilaporin cewek temanku tersebut setelah kelasnya bubar… Untungnya cewekku tidak sekelas denganku.., kalo ngga bisa-bisa dia yang dimarahin gara-gara saya.

Putus kedua kali, 1 April, tepat april mop. Tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke HP-ku mengajak putus. Entahlah apa dia berpikir saya akan shock atau panik, saya membalas meng-OK-kan smsnya. Hanya selang sepersekian detik mobile phone-ku bunyi dan dia langsung bertanya apa saya serius atau tidak. Saya mengiyakan saja, terkesan dingin, bahkan mengatakan kalo dia tidak ajak putus juga sebenarnya saya sudah kepikiran untuk memutuskannya… Suaranya berubah gemetar, dan saya tertawa mengomentari, “Makanya jangan jahil gitu, emank cuma lu doank yang tahu hari ini April Mop?”. Yang kedua kali ini cuma bercanda doank.

Hubungan saya dan dia berjalan seperti biasa, bahkan terkesan monoton, perdebatan hanya terjadi sesekali doank… Dia mulai jarang ngomel sejak putus sebulanan tersebut. Salah satu kakaknya yang telah married di Jakarta hamil dan melahirkan, karena tidak punya pengalaman mengasuh anak maka Ibunya ke Jakarta membantu kakaknya mengurus bayi tersebut. Sisa dia dan abangnya dirumah, saya lebih sering diminta menemaninya dirumahnya ketika dia sendirian, bawaan wajibku yang diharuskannya adalah mesin PS-ku dan CTR. Saya berada dibelakangnya memeluknya sambil main game tersebut dan selalu memenangkan permainan tersebut karena memang lebih expert. Suatu ketika dia mengomel marah, saya keheranan kenapa mendadak emosi karena saya ngga mau ngalah.., dengan enteng kutanyain, “lagi M ya?”. Dia terdiam lama, saya yang semakin keheranan dengan sikapnya tersebut dan tiba-tiba dia tertawa… Dia mengiyakan pertanyaanku dan mengatakan jangan-jangan marahnya emank karena lagi M, saya hanya mengomentari,”dasar cewek…”. Setelah keseringan main game ini justru lama-lama saya yang sering kalah darinya…

Karena telah kelamaan di Jakarta meninggalkan anak bungsunya sendirian yakni cewekku, kakaknya bersama Ibunya kembali ke kota ini bersama sang bayi. Saya sempat keheranan ternyata dia lebih ahli bersama bayi dibanding kakaknya, bahkan keponakan barunya itu lebih dekat dengannya dibanding dengan sang Ibu, hasilnya setiap mojok tuh selalu bersama keponakannya. Akhirnya setelah beberapa bulan kakak dan keponakannya kembali ke Jakarta.

Tahun ketiga, kuliah, hampir tiga tahun juga saya bersamanya… Saya mulai mengerjakan skripsi ditahun ketiga, dia belum. Tidak banyak hal berubah. Saya mendengar kakaknya yang membiayai kuliahnya akan pindah ke Batam, selang beberapa bulan kakaknya pindah ke Batam sambil kredit rumah di sana. Saya tak menganggap hal demikian perlu kuurusin… Suatu ketika dia mengatakan setelah selesai kuliah dia diminta kakaknya ke Batam bekerja disana… Saya tidak menganggap serius juga, masih belum kepikiran dampaknya pada hubungan kami…

Pada masa-masa ini saya bermasalah dengan salah satu kenalanku di kampus, dia menggoda cewekku dan hasilnya saya yang tidak terima. Senat merencanakan acara jalan-jalan mahasiswa dari berbagai jurusan, saya tidak tertarik ikutan sedang cewekku bersama teman-temannya. Salah satu kenalanku yang selama ini penasaran siapa sih cewekku pada akhirnya sadar setelah mendengar namanya. Kenalanku ini yang merasa saya tidak pernah mengambil serius kalo cewekku di goda teman-temanku mulai menggodainya… Cewekku menangis, yeah…, itu bukan menggoda lagi, tapi melecehkan tanpa respek. Hanya butuh sehari saya mendatangi cowok tersebut, selang berapa minggu tuh cowok berhenti kuliah. Saya hanya memintanya respek dengan orang lain, tapi memang mukaku jelas menunjukkan kemarahan, dia yang ketakutan meminta backing dua orang berbadan fitness temannya untuk bersamanya setiap hari, yeah karena setiap ketemu dia saya memandang penuh intimidasi. Saya tidak terlalu peduli dua orang berbadan gede itu, sia-sia doank dengan tinggi hampir 180 dan sudah fitness sejak SMA takut ama dua orang yang masih norak mulai fitness setiap hari pake baju ketat busungin dada – tarik perut ke dalam – show off di kampus haha…, alasan lainnya teman baikku preman kampus dan satpam di kampus tuh juga temanan denganku, jadi kalo macam-macam abis dech…

Kisah kedua di masa ini lagi-lagi cowok yang masih norak mulai bodybuilding, merasa tubuhnya seksi atletis doyan pake baju tanpa lengan dan body-fit (saya tau cowok ini sering ng-gym satu lokasi ama saya, masih newbie di tempat fitness). Pede banget menyamperin cewekku dan merayunya tepat ketika saya disamping cewekku yang lagi ngobrol (tapi dipisahin tiang sehingga terkesan emank ngga berduaan). Saya sih ketawa cengengesan aja, cewekku yang melirik kearahku mengerutkan kening melihat reaksiku, seolah ingin minta tolong usir tuh cowok – cewekku bukan orang yang berani ngomong terus terang kalo ada apa-apa. Saya yang uda sering ngedengerin curhat cewekku soal cowok yang ngejar dia ini agak penasaran melihat bagaimana caranya dia ngegoda cewekku yang dikiranya single (salah cewekku sendiri yang ngga ngaku uda punya cowok jadi ngga bakal dikejar ampe begini). Hanya selang berapa saat cowok itu merayu cewekku tiba-tiba ada teriakan temanku dari belakang manggilin cewekku suruh jangan selingkuh depan saya, saya langsung noleh ke belakang mandangin temanku…, cewekku cuma ketawa doank dan tuh cowok buru-buru pergi, sadar dengan keberadaanku yang dia juga sebenarnya sering liat di gym.

Entah kenapa pada masa ini dia sering di ganggu cowok lain…

Waktu berlalu, setelah saya selesai dengan skripsiku, dia sedang mengerjakan skripsinya. Saya telah mendapat pekerjaan baru yang mewajibkanku ke Jakarta. Waktu berjalan cepat, hitung mundur ke setengah tahun dia akan ke Batam. Hari terakhir bersamanya, saya tak pernah tau bahwa itu juga hari terakhir saya bersamanya di kota ini, kupikir dia tidak akan langsung pergi setelah menyelesaikan skripsinya. Saat itu hari minggu pagi, setelah menemaninya ke gereja (kami beda agama tapi masih beribadahnya di tempat yang disebut gereja, dia relijius dan saya tidak) kami berjalan berdua di Mall. Dia terlihat tidak biasa, saya tidak menyadari bahwa itulah hari terakhir kami bersama di kota ini. Dia terus memeluk lenganku sambil berjalan di mall, tidak seperti biasanya lebih diam dan terus memperhatikanku seolah ada yang ingin dikatakan… Saat mengantarnya pulang dia terus memelukku diatas motor, hal yang juga tidak biasa dilakukannya…

“Dari semalam kepikiran bagaimana kalau kita tunangan aja…”.

Jujur saya kaget dengan pernyataannya, kuakui keseriusanku tapi tak pernah berpikir sejauh itu. Dia mengatakan mungkin ini akan menjadi hari terakhir saya dan dia bertemu di kota ini dan tidak tahu lagi kapan akan ketemu. Seandainya dia tidak mengatakan mendadak seperti ini, jujur saja saya tidak pernah siap menghadapi hal demikian secara mendadak. Saya merasakan mataku berkaca, tidak pernah menyangka hari itu akan terjadi seperti ini… Saya mengantarnya pulang sore itu, menemaninya hingga malam tanpa banyak percakapan dan tawa seperti biasanya, saya merasa kehilangan kata-kata dan melihatnya menangis. Meski saat itu saya merasa saya telah siap untuk hal demikian, telah mempersiapkan diri sejak dia memberitahuku jauh sebelum hari terakhir bersamanya ini.

Keesokannya paginya saya berangkat ke Jakarta. Hampir setiap malam kami masih berhubungan, telepon tengah malam saat itu lebih murah. Saya masih sering meneleponnya dan dia juga demikian meneleponku setiap malam. Sepertinya cintaku berat diongkos. Setelah beberapa bulan dia akhirnya pergi ke Batam dan saya di Jakarta… Dia diterima bekerja di bank swasta disana pada bagian customer service, lokasi Nagoya. Setelah diterima, dia masih punya waktu lumayan lama sebelum mulai bekerja soalnya dia diterima di kantor cabang yang baru akan buka…

Tiba-tiba dia mengabariku sedang berada di Jakarta. Tentu saja saya kaget dan senang mendengar kabarnya tersebut…, ternyata cewekku ahli juga memberi kejutan. Dia berada di rumah kakaknya yang beberapa waktu lalu baru menjadi Ibu tersebut. Saya kesana, nginap di sana…, menghabiskan waktu bersamanya yang hasilnya kos yang dibayar perusahaan tidak ditempati dech… (Maaf boss, abisin biaya sia-sia perusahaan).. Kami sering berjalan bersama, dia lebih hafal lokasi Jakarta dibanding diriku. Ketemu lagi dengan keponakannya yang ternyata semakin agresif terhadapku. Setiap melihatku muka sang bayi akan memerah dan menarik rambutku dengan gaya seolah gemas denganku, entahlah, saya tidak biasa dengan bayi dan tidak mengerti isi pikirannya. Cewekku selalu mengarahkan bayi itu ke wajahku dan selalu berakhir tuh bayi merusaha menjambak rambutku dengan muka memerah, padahal ke orang lain tidak pernah demikian.

Mobile phone-ku hilang. Saya tidak menghubunginya tapi menelepon saudaraku mengurus memblokir nomorku dan mengurus nomor tersebut kembali. Mobile phone hilang siang hari, setelah sore baru kuurus, sore sampai malam cuma mengurus hal demikian dan mengabaikan cewekku. Kopaja 86, saya tidak pernah lupa kejahatanmu kepadaku. Setelah semua urusan selesai baru mengabarinya…, ternyata dia yang panik karena saya tidak bisa dihubungi dan tidak mengabari apa-apa, aduh bener-bener dech saya jadi merasa ngga enak membuatnya panik akibat kelakuanku yang tanpa kabar seharian. Esoknya saya memperoleh nomor tersebut kembali dan tentu saja terpaksa merelakan mobile phone kesayangan yang kubeli dengan tabungan gaji itu pergi… Hatiku hancur untuk pertama kalinya karena hilangnya gadget kesayangan ini… Tadinya saya berniat menggunakan uang yang ada di rekening untuk membeli cincin kepada cewekku, tapi prioritas musti beli pengganti mobile phone dulu, kalo ngga ntar susah dicari lagi ama keluarga dan cewekku ini… Cincin yang diminta sebagai simbol keseriusanku terpaksa ku cancel, dia tidak pernah tahu saya sebenarnya telah berniat membelikan permintaannya, untungnya saya tidak menjanjikan apapun sehingga tertunda hingga batalnya niat ini tidak memberi dampak psikologis ke dia. Seandainya saja Key Card rekening lainnya kubawa mungkin saya tetap membelikan cincin yang dimintanya…

Saat di Jakarta, saya ulang tahun. Saya tidak sadar tanggal dan tidak terlalu peduli, dia tiba-tiba membelikanku sendal dan mengajak jalan bersama kakaknya…, mereka membeli kue ultah dan merayakan ultahku. Saya tidak nyaman tapi mau gimana lagi, memang kenyataannya saya tak pernah merayakan dan tidak ingin sama sekali… Kesalahanku fatal kali ini, saya tidak nyaman memakai sendal yang diberikannya. Hasilnya ketika berjalan dengannya sehari sebelum dia kembali ke Batam, saya memakai sendal lamaku. Saat itu mood-ku juga sedang tidak baik, tapi tidak bisa dibilang buruk. Dia kecewa dan saya tidak peduli, dia menganggap saya tidak menghargai pemberiannya…, hari terakhir berjalan bersama malah menjadi perdebatan. Dia mengajak putus, kutolak seketika. Dia pernah mengatakan kepadaku kalo suatu saat dia mengajak putus jangan diiyakan karena dia mengandalkan emosi saat mengucapkannya… Saya menyesal dengan kelakuanku yang melukainya, padahal dia menabung dengan uang jajannya (maklum dia pengangguran) demi membelikan sendal itu, sampai sekarang saya masih kecewa juga dengan kelakuanku itu. Keesokan paginya saya mengantarnya ke bandara. Entahlah apa yang kurasakan pada saat itu…, tidak sedih tapi juga tidak bereaksi apapun, saya hanya mengatakan jika memang ada pekerjaan di kota dimana kami bersama sebaiknya kembali saja kesana…, dia mengatakan tidak bisa untuk saat ini, kakaknya yang meminta dan pada dasarnya dia tidak pernah mau pergi. Saya kehilangan kata-kata, dia tersenyum dan mengatakan akan memberi kabar setelah sampai disana dan memintaku menjemputnya setelah dua tahun dia disana.

Setelah dia di Batam saya tak pernah merasa jauh darinya. Kami masih berhubungan lewat mobile phone. Seringkali dia mengeluh kecapean bekerja, bahkan maag-nya kambuh pernah pingsan di tempat kerja… Saya tidak tau harus bagaimana, tidak bisa ada untuknya seperti dulu, yang bahkan dulu dia kena demam sedikit doank saya uda yang temani dia, beliin obat dan sebagainya.. Kini setiap pulang kerja jam 7an saya selalu mempertimbangkan mau meneleponnya atau tidak. Berpikir apakah mengganggunya yang cape bekerja atau tidak…, dia tidak pernah tau isi pikiranku tersebut. Hasilnya seringkali saya tak berani menghubunginya seperti dulu ketika dia belum bekerja… Perlahan saya mulai merasakan hubungan kami renggang, dia mulai sering memiliki masalah yang saya tak bisa membantu seperti dulu, hubungan jarak jauh seperti ini sejak awal sulit untuknya… Dia mengakui banyak hal berubah, saya tidak bisa ada untuknya seperti dulu, dia benar… Dia memang tak pernah mau ke Batam tapi kakaknya yang telah membiayai sekolah dan hidupnya tak mungkin bisa diabaikannya…, apalagi pengorbanan kakaknya cukup besar untuknya dan juga kakaknya sendirian di Batam. Bagaimanapun saya harus mengakui apa yang kulakukan untuknya tidak sebanding dengan apa pengorbanan kakaknya.

Suatu ketika dia mengakui kakaknya memintanya putus denganku karena hubungan kami hanya menjadi beban untuknya…, memintanya fokus bekerja. Selang beberapa hari, hari itu terjadi, tepat pagi saat saya akan kembali ke kota ini dia mengirim pesan singkat meminta mengakhiri hubungan ini. Saya mencoba menghubunginya berkali-kali tapi dia tidak mengangkat…, tidak ada yang bisa kusalahkan, saya telah menyadari hari ini pada akhirnya akan terjadi.

Kota ini, akhir tahun, di bandara saya mencoba menghubunginya kembali, dia mengangkat teleponku dan menangis minta maaf. Saya merasa kosong, tak bisa berbuat apapun untuk mendapatkannya kembali. Malamnya saya ke tempat Ibunya, saya menyadari mataku memerah dan berkaca…, menasehatiku jika memang jodoh tidak akan kemana. Ibunya menceritakan anak bungsu cowoknya meninggal saat SMA dan dia harus merelakan, saya yang cuma berpisah harus lebih bisa tegar.., dia benar. Saya masih sering ke tempat Ibunya tanpa sepengetahuan mantanku…, saya tak pernah menceritakan kepada mantanku, menghubunginya lagi juga tidak.

Harus kuakui, perpisahan ini membuatku berubah, saya menjadi pendiam dan menjaga jarak dengan wanita, mencoba menjaga hatiku dan menutupnya. Lebih dari setahunan sendirian, hanya bekerja dan pulang ke rumah sendirian (sejak dulu memang hidup sendiri), bahkan tidak berusaha bersama teman-temanku yang kurasakan mereka punya kehidupan sendiri…, rumah berubah seperti kapal habis kena tsunami. Kota ini mengkhianatiku, kemanapun melangkah selalu ada kenangan bersamanya yang terlintas dipikiranku, saya menyadari tidak mempersiapkan diri sebaik yang kukira untuk pisah dengannya. Tidak berusaha untuk membuka hatiku, meski justru semakin banyak wanita yang dekat denganku…

Pada satu titik saya merasa apa yang kupendam menumpuk, kutelepon dia, dia tertawa dan terkesan ceria (atau berusaha menunjukkan kepadaku bahwa dia baik-baik saja, entahlah), dia mungkin telah bahagia dengan hidupnya dan saya menghabiskan hari-hari dan malam-malam yang paling suram dan jahanam dalam hidupku… pada akhirnya saya mengucapkan kata-kata yang offensive – tipikalku menurutnya kalo ngomong bisa menusuk orang sangat dalam, meski tidak memaki atau mengucapkan kata kasar…, dia menangis karenaku, saya menyakitinya dan menyadari tangisannya membuatku terluka…, saya sukses menyakiti orang yang ku sayang… Saya meminta maaf, dia menjawab sejak dulu selalu memberi maaf kepadaku…. Sejak itu saya memutuskan membiarkannya bahagia, meski itu berarti saya harus pergi dari hidupnya…

Inilah titik saya merasa menjadi seorang yang bisanya hanya menyakiti perasaan cewek-cewek, dia tidak menjadi yang terakhir untuk kusakiti. Perjuangan telah usai – saya kalah terhadap diriku sendiri, saatnya petualangan baru dimulai…, titik dimana saya menjadi ahli menyakiti cewek-cewek…. Titik dimana saya bahkan menyakiti hati my first love atas dasar keegoisanku yang ingin memilikinya…, dan jelas menyakiti hatiku sendiri. Seandainya hati ini bisa dikendalikan, seandainya bisa menerima orang yang kusayang berhak bahagia meski tanpa diriku…, saya sadar hatiku mengendalikanku tidak bisa menerima dia bukan bagian dari masa depanku, tapi dia akan selalu menjadi bagian masa laluku… Bagian yang tak akan pernah hilang, tak akan pernah kulupakan…, dari dia saya belajar tentang sayang yang tidak mengandalkan nafsu…, sayang yang benar-benar menjaganya selama bersamanya tanpa punya keinginan jauh yang sebenarnya sejak awal bisa kulakukan untuk mengikatnya… Saatnya memulai petualangan baru… Saya menyadari bayang-bayangnya tak pernah lepas, dari situlah pada akhirnya saya tak pernah memulai kisah cinta kembali, namun justru disinilah hati orang lain kusakiti…

Apa yang kubanggakan dari diriku? Entahlah… Sifat jutek? Ngga pedulian? Kalo ngomong suka sembarangan ngga mikirin perasaan orang? Yeah…., itu sifat yang telah mendarah daging di diriku, ngga perlu dibilangin juga uda ngerasa sendiri… Bahkan saya tidak tahu sifat baikku ini.

Saya tidak punya kehidupan, hanya bekerja dan pulang ke rumah sendirian setiap harinya…, kalaupun diajak teman keluar saya hanya menerima ajakan itu sesekali, mereka mengatakan saya berubah menjadi pendiam dengan pemikiran yang sangat berbeda dengan diriku sebelumnya, memang kuakui sejak saat itu saya tidak memandang segala sesuatu secara hitam dan putih lagi. Hal yang tak pernah disadari temanku, saya tak pernah menunjukkan rasa sakitku, tampak sangat biasa seolah tidak terjadi apa-apa… Tidak pernah mengungkit mantanku ini, habis mau gimana lagi…, kalo orang lain bisa jelekin mantannya setelah putus, saya bahkan belum menemukan celanya… Kalo dia ngomel juga kebanyakan karena kesalahanku, trus juga untuk kebaikanku. Perhatian, yah saya kalah dari dia ni soal saling memperhatikan…, makan aja kalo bukan karena dia tuh pola makanku sembarangan. Pintar? Yah jelas IPnya diatas saya… Rajin? Kuakui saya jelas lebih pemalas. Pekerja keras? Yup…, kalo saya kerja aja bergantung mood.

Mau jelekin dia? Dia bahkan ngga pernah ngejelekin orang di belakang…, palingan kalo diapa-apakan dia berusaha objektif ceritain masalahnya. Selingkuh? Hell…, setiap cowok dekati dia aja kasih laporan ke saya… Mobile phone-nya aja sering nitip ke saya, jadi gimana dia berani selingkuh meski lewat mobile phone (tapi saya juga sering nitip mobile phone ke dia). Perhitungan? Ngga sama sekali, rela banget keluar duit buat keluar kalo saya lagi bokek… Menuntut? Tidak…, dia membebaskanku, tidak mengikatku harus selalu bersamanya, saya bebas mau keluar ama teman… Cengeng? Iya ni tapi kan bukan sifat jelek haha…, untungnya saya bukan pelaku yang membuat dia nangis, yang ada dadaku yang jadi bantalannya… Meski endingnya sayalah pelaku terjahat.

Berakhir sudah masa bersamanya.. Petualangan baru dimulai…, bukan kisah saya mencari cinta…, kisah hampir dua tahun saya bersikap seenaknya kepada cewek yang ku kenal.

Semasa bekerja…, saya mengenal seorang cewek, beda 4 tahun dibawahku…, wajah sih biasa aja, masih kekanak-kanakan, belum pernah pacaran (sama seperti my ex sebelum denganku). Saya tidak memiliki ketertarikan kepadanya…, rekan kerjaku beberapa tertarik kepadanya karena otaknya encer (kalo soal fisik honestly I don’t know, relatif…). Saya hanya tahu bahwa dia pintar… Kenalan pertama kali di ruang meeting, masih baru. Saya menggodanya seketika, candain dia…, kalo ngerayu cewek jujur saja saya tidak berbakat, tapi kalo candain yah lain cerita…

Singkat cerita, entah bagaimana kami mulai dekat.., dia sering meneleponku, curhat masalah keluarganya… Tidak ada yang spesial, orangnya mandiri dan terkesan tomboy. Perlahan semua rekan kerja menggodai kami berdua…, saya sih biasa saja karena masih patah hati jadi ngga terlalu peduli. Sifatku rada jutek, ngebetein siapapun di sekitarku seperti halnya ke dia…, tapi jangan ditanya kenapa malah dia tertarik, padahal dia pernah protes sikapku yang suka berubah kadang betein kadang candain dia… Entah kesambet setan apa, saya tanya ke dia mau ngga jadi pacarku dan semudah itu dia mengiyakan… Hanya dalam hitungan sebentar doank saya mengatakan ke dia temanan aja… Dia juga tidak terkesan sedih dengan gayaku itu…, sepertinya sadar saya memang sejak awal hanya sekedar asal ngomong doank… Salahku, dia menangis di telepon, saya tidak merasa iba, lebih baik demikian sejak awal… Saya masih mencoba bersikap baik, sms menanyakan kabarnya, tapi dalam hitungan sesekali sebulan dan di responnya… Saat itu dia telah berhenti kerja (entah karena saya atau bukan, tidak pernah tanya…).

Setelahnya di kos, Jakarta kembali….

Saya mengenal seorang cewek, rumahnya depan kos-kosan, masih remaja, salah satu adiknya masih kecil belum TK. Hampir setiap malam, saya bermain bersama anak kecil tersebut, lebih menyenangkan berdebat dengan anak kecil, walau saya sebenarnya tidak pernah bisa dekat dengan anak-anak… Tapi karena memang setiap malam ketemu dia main diluar dan saya sering menghabiskan waktu diluar rumah kos daripada di kamar mengurung diri yang bisa dikira depresi jadi lebih baik menghirup udara berpolusi malam hari diluar…

Seringkali kakaknya datang, nimbrung… Lumayan sih secara fisik, cuma terlalu berisi, dan bukan tipeku. Kadang-kadang saya males keluar malam, tuh cewek cariin ke kos…, tapi ngga langsung nunjukin cari saya (atau saya yang kegeeran ya?) dengan bermain bersama orang di kos-kosan…

Beberapa kali ajak ngobrol sering bermain fisik, pegang saya atau apalah.., saya tidak terlalu suka hal beginian. Dengan di dukung penguasaan membaca bahasa non verbal yang masih dalam taraf amatir saya ngerasa nih cewek tertarik padaku. Saya membiarkan dia berusaha dekat denganku karena tau ngga lama di kos ini… Meski demikian ada cewek di kos yang secara fisik lebih menarik, seksi dan manis… Tidak ada hal yang timbul antara saya dan cewek di kos yang seksi ini, dia punya 3 cowok dan saya tidak ingin jadi koleksinya…, meski sering main ke kamarnya…

Skip dari masalah nih cewek seksi, cewek lain yang tinggal dekat kos-kosan… Dia mulai minta nomor teleponku, kuberikan, hampir setiap malam sms saya, saya biarin karena kebanyakan basa basi: Lagi ngapain? Uda makan belum? Seharian ngapain aja? Met bobo ya, mimpi yang indah. SMS yang demikian kuanggap menghabiskan waktu untuk direspon…

Well, salah seorang teman kos-ku yang justru sejak awal saya datang sangat baik denganku dan akrab denganku naksir dengan cewek ini. Saya tak pernah tahu, dia tidak pernah cerita…, anaknya terkesan kalem dan menutupi. Melihat saya yang sering main dengan adik si cewek, dia mulai tanya-tanya soal hubunganku dengan si cewek… Saya tidak menjawab karena merasa nih cowok seperti mencampuri urusan pribadiku… Tapi karena sesama cowok hal beginian tidak menimbulkan konflik…

Perlahan saya mulai merasa nih cewek semakin agresif, yah saya memberi harapan kepadanya, merespon dia… Sebenarnya karena merasa ngga enak hati aja karena pada dasarnya nih cewek baik… Dia semakin bersemangat mencariku, hingga berduaan. Nih cowok ngga senang dengan apa yang terjadi…, saya tidak tahu harus menempatkan posisi dimana hingga akhirnya nih cowok terus terang… Fair enough, kalo ngga terus terang saya kan tidak kepengin sok tau perasaannya dengan bertanya duluan cemburu ya saya dekat ama tuh cewek.

Saya menghindar dari tuh cewek, dia bertanya salahnya apa, saya ngeles semauku… Pada akhirnya saya keluar dari kos, kembali ke kotaku… Selanjutnya setiap teleponnya ku reject dan tidak menanggapi sama sekali sms tuh cewek hingga setengah tahun hingga dia stop sms… Bagaimana kisah antara tuh cowok dan ni cewek? Entahlah…, tidak mengurusi hal demikian…

Sampai saat itu yang kulakukan masih waras-waras aja menurut takaranku…

Kembali ke kotaku, saya mengalami distraction… Pikiranku tidak fokus masih memikirkan mantanku dan kali ini memikirkan teman baikku seorang cewek yang telah ku kenal sejak awal SMA juga sedang patah hati, kelakuannya lebih parah menyiksa diri dan saya menjadi satu-satunya teman yang ada saat itu, teman lainnya pada tidak ada lagi di kota ini atau memiliki hidup sendiri – entahlah teman lain menyuruhku untuk menghibur dan menemaninya hingga pada akhirnya dia masuk rumah sakit. Waktu berjalan, saya mulai mencoba menjalani hidup kembali, menata hidupku…, tried to looking for a way to deal with my pain.

Sebuah tawaran datang, sekolah lagi dan melakukan hal berbeda, hidupku terlalu monoton dan berantakan…, tawaran tersebut tentu saja tidak kusia-siakan. Orang tuaku tidak setuju karena saya semakin jauh dari mereka, tapi saya telah berpikir perlu suasana baru dan kehidupan baru. Akhirnya setelah meyakinkan orang tuaku, saya resign dan pergi dari kota ini, dari negara ini.

Saatnya memulai kehidupan baru…, masa lalu tidak pernah kulupakan, saya belajar dari hal tersebut. Setelah 4 tahun bersama, dan 2 tahun berpisah, saatnya pergi dari kota ini, mencoba untuk tidak lagi kembali ke kota yang membesarkanku, tempat dimana saya ditempa…, belajar tentang hidup, hancur disini, dan membentukku…

Setahun setelah pergi…, kini…

Seorang wanita hadir di hidupku, pada awalnya saya tidak mencoba membuka hatiku… Saya peduli dengannya karena dia mengalami hal yang sama, sendirian. Setelah mengenalnya kami mulai akrab, dia sendirian saat ini dan saya pernah pada posisinya.

Saya tidak menyangkal tidak mempercayai cewek ini seperti halnya saya mempercayai mantanku. Hubungan ini diawali kebohongan meskipun saya tidak tahu salah atau benar, entahlah dia memulainya dengan kebohongan dan saya mengawali dengan tidak membuka diri, tapi ternyata tidak berjalan dengan mudah. Pada akhirnya saya harus jatuh kembali, kali ini justru karena kesalahanku bermain dengan api setelah mengetahui kebohongan ini… Seorang cewek yang menangis di dadaku dan kubiarkan ternyata menutupi memiliki hubungan dengan cowok lain sejak awal… Bahkan pada jarak yang telah intim dia sukses menutupi dan membutakan penglihatanku…, tapi siapa sih saya berhak untuk menilai hal begini salah? Dia mengkhianati komitmennya, tapi tidak berarti salah terhadapku…

Saya merasa tenang dengan kesendirianku, justru dekat dengan wanita pada akhirnya hanya mengusik ketenanganku, menjatuhkanku, hal sederhana yang malah membuatku merasa menjadikannya rumit. Ada keinginan mengakhiri hubungan ini apalagi dia, tapi ketika perasaan berbicara, pertimbangan logikaku terabaikan…

Hubungan yang kuakui sulit untukku, yang membuatku dalam posisi paling dilematis untuk melakukan tindakan apapun, dimana jika memperjuangkannya hanya akan menyeretku terlalu dalam ke komitmen orang lain, padahal saya toh tidak perlu selalu mengikuti hatiku… Kali ini saya percaya free will, kebebasan berkehendak, tidak pernah berhak atas hidup orang lain dan tidak perlu memberi penilaian yang benar maupun salah untuk masalah orang lain.., untuk apa yang dilakukannya. Cewek terakhir ini…, akan menjadi bagian yang akan selalu ku kenang, menjadi salah satu bagian masa lalu yang tidak terlupa.Who I am to judge that I cannot fall again…, but at least I won’t let myself beat me down again. She is attached to other string, and I broke my last heartstring to opened up my eyes.

Now I realised that I work through pain…

18/05/09 11.38PM


About this entry