Get Married!

Lembayung – SOLO the spirit of java

wedding-bouquet

Saya hempaskan badan ke kasur yang sudah saya tinggalkan dua malam. Saya pandangi dinding kamar yang berwarna abu-abu muda yang baru diguyurkan ke sana dua minggu yang lalu, menggantikan ungu lembut yang telah akrab dengan mata saya selama hampir dua tahun. Saya tersenyum sambil memandang langit-langit kamar, masih ingat betul komposisi warna bunga-bunga itu. Dominasi putih yang dipermanis dengan sedikit warna peach, kuning, orange segar, dan beberapa tangkai kecil ungu.

Hari Minggu tanggal 11 Januari kemarin, seorang sahabat saya melangkah ke altar untuk mengucapkan janji setia dalam suka dan duka, juga sehat dan sakit, yang membuat saya terdampar di Jakarta selama 3 hari 2 malam. Pesta yang sangat meriah meski direncanakan dengan sangat sederhana. Sahabat saya terlihat sangat cantik dengan wedding dress berwarna off-white membalut tubuhnya yang ramping dengan make up dominasi gold yang membuatnya terlihat anggun dan segar.

gown5

Kemeriahan suasana resepsi semakin terasa ketika memasuki acara wedding bouquet toss oleh mempelai perempuan kepada para perempuan yang belum menikah. Saya masih meneruskan mengobrol dengan teman-teman ketika MC mengumumkan kepada para perempuan lajang untuk berkumpul di belakang pengantin. Saya memang selalu melewatkan ritual ini dalam setiap acara pernikahan yang saya datangi. Malah lebih sering tertawa ngakak melihat cewek-cewek di depan saya saling menghalangi, melompat dan berebut wedding bouquet itu. Tetapi kali ini sang mempelai perempuan men- st..st…st saya yang masih asyik ngobrol untuk segera berbaris di belakangnya. Tapi saya masih cuek-cuek saja dan berkata padanya, ”Udah, aku di sini aja, lempar aja bunganya ke sudut kanan, bukan ke belakang kamu, ha…ha…ha…”. Seperti konspirasi terselubung, segerombolan teman-teman yang mengobrol dengan saya tadi mendorong-dorong tubuh saya untuk maju ke depan, sampai saya hampir tersungkur karena efek high heels dan berkurangnya keseimbangan tubuh karena kekeyangan.

Setelah saya berada di belakang mempelai, ternyata belum ada satu perempuan pun selain saya yang berbaris di sana. Terdengar suara riuh tertawa, menertawakan saya yang sepertinya paling semangat maju, mendahului yang lain. Seharusnya saya sih malu, tapi karena sudah biasa bertingkah memalukan ya saya santai-santai saja, malah lalu mengobrol dengan mempelai perempuan sambil menunggu barisan penuh. Tiba-tiba di samping saya berdiri adik perempuan mempelai yang mau mengantri wedding bouquet juga. Dengan sedikit intimidasi saya cuek saja bilang kepada adik mempelai itu (yang saya juga kenal dekat), ”Im, anak kecil nggak boleh jadi pengantin. Sana, nggak usah ikutan ngantri.” Si anak kecil yang berumur 24 tahun itu sambil senyum-senyum langsung mengundurkan diri, mengedipkan sebelah matanya, dan menyilakan saya untuk beraksi. Ha..ha..ha..

Saya lihat-lihat situasi pertarungan memang akan susah. Menilik tinggi badan saya yang segitu-gitu aja maka saya harus putar otak supaya bisa memenangkan pertarungan itu. Berkali-kali saya selalu pindah ke depan orang yang selalu berusaha berdiri di depan saya. Begitu, dan begitu terus. Kalo dilihat mungkin malah seperti naik motor zig-zag untuk ujian sim kali. He…he…he… akhirnya ketika MC sudah berhitung untuk memulai acara pelemparan itu saya mendapat tempat strategis di depan, dan ketika wedding bouquet melayang pendek, tanpa melompat pun karangan itu langsung tepat mengena tangan saya, tanpa ada pula yang berusaha merebutnya. Sebenarnya saya juga tidak perlu terlihat terlalu berusaha untuk mendapatkan wedding bouquet itu sih, karena jauh hari sebelumnya sahabat saya sudah menjanjikan akan melemparkannya kepada saya jika bisa mengusahakan datang. Jadi memang sudah dirancang supaya saya yang mendapatkannya. Hahaha…. Kalau sudah demikian, kira-kira masih manjur tidak ya mitos bahwa yang mendapat wedding bouquet itu akan segera menyusul menikah?

Saya browsing mencari awal mula tradisi wedding bouquet toss diadakan karena penasaran dengan mitosnya. Ternyata awalnya tradisi ini dimulai di Eropa dimana mempelai perempuan mengharapkan tidak akan memakai wedding dress-nya lagi seumur hidupnya. Yup, wedding dress lho, bukan wedding bouquet. Makanya, setelah acara perkawinan selesai, yang terjadi bukan wedding bouquet toss, tetapi adalah perempuan lajang mengejar sang mempelai perempuan dan merebut wedding dress-nya bahkan sampai robek-robek dan meninggalkan mempelai perempuan itu dalam gaun yang rusak dan penuh robekan. Gaun dilambangkan sebagai bentuk keberuntungan, semacam jimat kesuburan, dan akan segera menyusul menikah. Jaman berganti dan harga wedding dress semakin melambung, maka mempelai perempuan mencari cara untuk mengalihkan perhatian akan perampokan gaun yang sedang dipakainya. wedding-garter2Waktu itu yang berkembang adalah wedding garter toss, atau pelemparan tali penahan stocking mempelai perempuan. Tetapi ini kemudian mulai ditinggalkan pula karena melepas wedding garter ini memerlukan waktu dan terkadang para perempuan lajang itu merasa tidak sabaran. Tradisi berubah lagi yang masih dipakai sampai sekarang yaitu menggunakan wedding bouquet toss dengan mitos yang sama. Bunga juga merupakan simbol kesuburan dan merupakan barang yang tidak tahan lama, sehingga mempelai perempuan tidak akan menyimpannya untuk diwariskan kepada anak perempuannya kelak, seperti halnya wedding dress.

Kaum perempuan modern sekarang sudah banyak pula yang tidak mengadakan ritual wedding bouquet toss ini, karena terkadang membuat tamu perempuan lajang menjadi tidak nyaman apalagi jika mereka tidak mengharapkan untuk segera menikah atau dipaksa untuk berada pada barisan itu. Alasan lainnya, ritual ini terkadang berujung dengan kegaduhan bahkan kebrutalan, saling rebut dan dorong dengan kasar. toss2

Jadi, sebenarnya perlu nggak sih berebut wedding bouquet ini? Untuk membawa pulang bunganya atau mitosnya? Kalau memang ingin sekali mendapatkannya, mungkin perlu mencoba sedikit saran berikut ini:


  1. Sebelum pesta dimulai, sebaiknya Anda mempengaruhi mempelai perempuan untuk melemparnya kepada Anda, kalau perlu dengan sedikit ancaman bahwa Anda akan mengatakan kepada mempelai laki-laki bahwa sang bride tidak pernah mencukur bulu keteknya sebelum menikah. Hihihi… Selain mempengaruhi sang bride, Anda juga bisa menunjukkan kepada para competitor Anda wajah menghiba dan akan segera meninggal jika Anda tidak membawa pulang wedding bouquet itu. Kalau perlu Anda pakai make up sangat-sangat pucat seperti topeng di film Scream.
  2. Kenali dengan baik diri Anda, baik itu kekurangan maupun kelebihan. Kekurangan tinggi badan, dengan kelebihan tangan yang lebih panjang dari kaki misalnya. Hahaha…
  3. Cari tempat yang paling menguntungkan pada barisan itu. Jika tinggi Anda sangat imut, jangan berdiri dekat dengan buto, genderuwo, atau sejenisnya yang mempunyai tinggi badan jauh melesat di atas manusia normal. Jika tinggi Anda termasuk golongan buto cs itu, maka silakan berdiri di barisan paling depan sehingga Anda akan bisa menangkap wedding bouquet ketika sudut elevasinya masih kecil.
  4. Biasanya tempat yang paling strategis adalah berada pada tengah-tengah barisan, karena ketika wedding bouquet sedang melambung, Anda bisa berlari ke depan atau ke belakang dengan waktu lebih singkat.
  5. Gunakan teknik yang membuat orang kaget, yaitu ketika wedding bouquet tengah melayang di udara, berteriaklah histeris keras-keras sehingga semua orang kaget dan melihat pada Anda, sehingga perhatian mereka terhadap wedding bouquet terpecah, dan baru sadar ketika Anda mengacungkan wedding bouquet itu dengan senyum kemenangan.
  6. Usahakan menangkap wedding bouquet pas di tengah-tengah karangannya agar pegangan Anda solid dan tidak mudah direbut. Atau sebelumnya Anda bisa melumuri tangan Anda dengan lem super kuat untuk lebih melancarkan aksi Anda. He..he..he..

Kembali teringat peristiwa kemarin. Telinga saya terngiang ucapan selamat dari kedua pasang orang tua mempelai atas berhasilnya saya menangkap wedding bouquet itu. Disimpan ya Yung, bunga ini bertuah lho, semoga segera menyusul… Yang lalu saya jawab dengan cengiran kecil khas saya. Fiuh…. Sayup-sayup dari radio kecil di sudut kamar saya terdengar lagu Diamond Ring dari Bon Jovi mengiringi mata lima watt saya,menyambut mimpi ketemu dengan cincin berlian 35.56 karat…..

Diamond ring, wear it on your hand
It’s gonna tell the world, I’m your only man
Diamond ring, diamond ring
Baby, you’re my everything, diamond ring

Red, red rose brought it home to you
Blood red rose, tells me that you’re true
Red, red rose, blood-red rose
Like a fire inside that grows, blood-red rose

When you’re hungry, I will fill you up
When you’re thirsty, drink out of my loving cup
When you’re crying, I’ll be the tears for you
There is nothing that I wouldn’t do for you

You know, I bleed every night you sleep
‘Cause I don’t know if I’m in your dreams
I want to be your everything…

Diamond ring, wear it on your hand
It’s gonna tell the world, I’m your only man
Diamond ring, diamond ring
Baby, you’re my everything, diamond ring
Darling, you’re my everything, diamond ring

Now you’ve got it on your string
Diamond ring

Cheers,

Lby (14/01/09;15:01)


About this entry